Jika melihat fenomena politik di Pemalang saya pribadi sungguh merasa miris, menghadapi pilkada 2020 harusnya pemalang lebih cerdas dalam menyikapinya. Lihatlah kota lain, issue yang mereka bahas bukan lagi pembangunan mangkrak, jalan rusak & pelayanan publik, mereka sudah tinggal landas tentang masalah-masalah tersebut. Mereka sudah membahas masalah lapangan pekerjaan, investasi dan bahkan branding kota atau kabupaten.
Akhir-akhir ini saya tercengang melihat cara para timses dalam menjajakan calonnya, betapa tidak, dari hampir seluruh unggahan timses tersebut tidak ada yang menawarkan data dan target capaian, mereka masih berkutat dalam issue ini tokoh karismatiklah, ini tokoh jujur baiklah, ini tokoh merakyatlah, semua berbicara perspektif bukan target capaian.
Pemalang ini sangat butuh pemimpin yang visioner, yang minimal target kariernya tidak hanya sebagai bupati, minimal ia juga menargetkan akan jadi gubernur nantinya atau ada impian ingin jadi presiden mungkin, itu yang saya maksud sebagai tokoh visioner.
Lalu apa kaitannya pemimpin yang visioner dengan pembangunan daerah? Jelas itu akan saling berkaitan, ketika sang pemimpin visioner tersebut memimpin kabupaten tentunya ia akan berfikir bahwa dari kabupatenlah pondasi karier politik dia, secara tidak langsung ia akan benar-benar memperhatikan pembangunan di kabupaten agar mendapat citra baik di taraf yang lebih tinggi.
Kita ambil contoh gampangnya, presiden kita pak de Jokowi, beliau adalah tokoh visioner semenjak jadi walikota solo, pencapaiannya jelas sejak di Solo, penghargaanpun tidak henti-hentinya, hingga akhirnya naik di gubernur Jakarta dan seperti saat ini beliau telah menggapai mimpinya untuk menjadi pemimpin bangsa.
Bung karno pernah berpesan "Bermimpilah setinggi langit, jika kau jatuh, kau akan jatuh diantara bintang-bintang". Dari kutipan tersebut jelas, Ir. Soekarno selaku founding father bangsa tandas menjelaskan bahwa bangsa ini sangat butuh pemimpin yang visioner.*
