
Cerpen karya : Tuko Chaeron
Pagi yang cerah itu Amri duduk duduk diteras rumah sembari melepas
lelah setelah olah raga pagi. Hari minggu ini dia libur dari kegiatan kerjanya
sebagai pegawai negeri di salah satu dinas kabupaten.
Seorang wanita muda mendatanginya sambil membawa secangkir teh
panas dan makanan ringan.
“ Monggo Pak, teh panasnya dinikmati !” sapanya . Amri menoleh dan
tersenyum, “ Terima kasih bu,.. kamu memang isteriku yang penuh pengertian “,
jawabnya sambil mengelus punggung wanita muda itu yang ternyata adalah
isterinya. “ Aku kedalam lagi dulu ya Pak, ..Ata sudah bangun, tadi minta
dibuatin susu !” ucapnya sambil bergegas masuk kedalam. “ Ya Bu,” jawab Amri.
Ternyata mereka adalah pasangan keluarga muda yang baru diberi buah
hati bernama Ata, dari singkatan Amri dan Yulita nama isterinya.
Semilir angin yang semakin menyejukkan udara pagi itu membuat Amri
teringat pada masa kecil dengan ibunya. Ingatanya kembali pada wajah ibunya
ketika masih muda yang cantik, bersih, ceria, membersamai dia ketika masih
kecil. Ibu yang menghangatkannya. Ibu yang selalu menyiapkan makanan untuknya,
ibu yang menemaninya belajar membaca, menulis, menggambar, bernyanyi-nyanyi dan
lain –lain yang menyenangkanku.” Oh ibu.., kau begitu kuat, kau begitu tulus
menyanyangiku, kau seperti tak punya
lelah ibu, kau juga seperti tak merasakan derita piara diriku” gumamnya dalam
hati.
Seteguk air yang dinikmatinya memecah lamunan masa kecilnya. “
Alhamdulillah, terima kasih Bu, teh yang kamu bikin terasa menyegarkan badanku”
ucap sanjung dalam hati untuk Yulita isterinya.
“ Ya ampun.., aku juga sekarang telah menjadi orang tua. Aku sudah
punya anak, punya Yulita ibu dari anakku yang juga sekarang sedang berjuang
membesarkan dan mendidik anakku” gumam hati Amri.
“ Oh Tuhan, kuatkanlah hati kami, tuluskanlah niat kami untuk bisa
menjaga anak-anak kami, seperti orang tua kami yang telah mengantarkan diriku
menjadi dewasa sekarang ini!” doanya kepada Tuhan disela - sela renungannya.
Selang beberapa menit, Yulita dan Ata mendatangi Amri duduk diteras
depan rumah. “ Bapak-bapak..Ata ingin jalan-jalan minggu ini !” rengek Ata
kepada bapaknya. Amri menjawab , “ Ya Ata, hari ini kita kerumah nenek yuk !,
Bapak kangen sama nenek”. Ata dan Yulita menjawab secara bersamaan, “ Mau
sekali pak !. “Baiklah.., bapak siap siap dulu ya! sahut Amri.
Amripun bergegas kedalam rumah untuk bersiap-siap mengunjungi
ibunya hari ini.
Tepat jam 08.00 pagi itu mereka berangkat mengunjungi rumah nenek
Ata di desa kelahiran Amri kurang lebih 50 Km jarak dari rumah Amri sekarang.
Kurang lebih satu jam waktu yang ditempuh mereka untuk sampai ke tujuan. Kurang
lebih pukul 09.15 mereka telah sampai didepan sebuah rumah tua tapi terkesan
terawat baik. Dirumah itu tinggal seorang ibu tua bernama Bu Warti yang
ditemani seorang pembantu. Suami Bu Warti sudah 2 tahun yang lalu meninggal
dunia. Bu Warti tidak mau membersamai anaknya untuk sisa hidupnya. Ia ingin
tetap tinggal dirumah peninggalan suaminya. Makanya Amri membayar pembantu dari
penduduk desa itu untuk menemani ibunya.
“ Tok ..tok..tok !, Assalamlaikum !” teriak Amri dan Ata dari luar
rumah.
“ Waalaikum salam “ Jawab seorang perempuan dari dalam. “ Oh Pak
Amri, Bu Lita, mas Ata !, mari masuk !” ucap Ijah pembantu Bu Warti kepada
mereka.
“ terima kasih mbak Ijah, Ibu Sehat ?” tanya Amri kepada Ijah.
“ Nggih pak, alhamdulillah.., tapi sudah dua hari ini ibu kelihatan
sering lelah dan banyak istirahat di kamar !” jawab Ijah.
“ Sekarang lagi di kamar ya ?” tanya Amri.
“ Nggih pak, tadi habis sholat subuh istirahat lagi di kamar”,
jawab Ijah.
Lalu Amri, Yulita dan Ata langsung menuju ke sebuah kamar.Tampak di
tempat tidur seorang wanita tua sedang tidur pulas, dengan nafas pelan menandai
ketuaan usianya.
Amri melihat dan mengamati wajah ibunya dengan mata berkaca-kaca.
Ibunya yang baru saja dibayangkan masih muda ceria, kini terlihat kusam penuh
keriput diwajahnya. Bekas-bekas kepayahan hidupnya sangat jelas tergambar
diwajah tuanya itu.
“ Ibu.., selelah itukah dirimu?, wajah mudamu kini sudah memudar,
ibu …, maafkan aku bu!, aku baru sadar kenyataan ini, aku terlalu lama tidak
memperhatikan wajah senjamu, karena aku terlalu sibuk memperhatikan wajah muda
istriku !” teriak Amri dalam hatinya.
Ia pun mendekati ibunya , dengan meneteskan air mata ia berucap, “
Ya Allah, ampunilah aku, ampunilah ibuku, ampunilah ayahku yang sudah tiada,
berilah kekuatan, kesehatan, dan kebahagiaan disisa hidup ibuku, limpahkanlah
selalu hidayahMu agar beliau selamat didunia dan di akhirat kelak, Aamiin!”
Tiba-tiba mata Bu Warti pun terbuka dari tidurnya, mendengar desah
doa anaknya.
“Ehh.. kalian datang, Amri,Lita, cucuku Ata !??” teriaknya karena
kaget.
“ Ya ibu,.. ! Ibu sehat kan?, Amri kangen bu, makanya kami semua
datang kesini hari ini” jawab Amri.
“ Iyaa.. ibu sehat, cuma sedikit lelah aja dari kemarin , tapi gak
apa apa kok!” jawab pelan Bu Warti.
“ Ayoo, kita ke ruang depan !” ajak Bu Warti sambil perlahan lahan
bangun dari tempat tidurnya.
Amri dan anak isterinya keluar bersama Bu Warti menuju ruang depan.
Dengan penuh rasa sayang Amri dan keluarganya membersamai Bu Warti di ruang
depan rumahnya. Amri duduk merapat ibunya, ia memeluk-meluknya, mengelus-elus
lengannya, memijit-mijit punggungnya. Begitu terasa ingin selalu dekat ia pada
ibunya, terkenang masa-masa kecilnya. Amri kembali memeluk dan mencium ibunya
sambil berkata, “ Ibu tinggal bersama kami aja ya!?” ajak Amri pada ibunya.
“ Amri.., ibu sudah tua, ibu sudah bahagia lihat kalian bahagia,
ibu tidak mau merepotkan kalian, cukuplah kalian repot untuk anak anakmu saja,
agar bisa jadi pelajaran bagi dirimu dan anak-anakmu nanti’ jawab ibunya.
“ Amri ..,ibu sudah sangat puas bisa mengantarkan kamu menjadi
orang yang baik pada keluargamu, pada anak isteri kamu, dan ibu sangat bahagia
kamu masih menyayangi ibumu. Ibu sekarang hanya butuh ibadah dan dekat dengan
Allah, karena ibu sudah dekat waktunya untuk kembali kepadaNya. Jadi … biarkan
ibu tetap dirmah ayahmu ini sampai nanti ibu meninggal “ lanjut Bu Warti.
Amripun memeluk erat ibunya sambil menangis dan berucap, “
Ibu..Amri berterima kasih pada ibu, dan Amri menghormati keputusan ibu. Semoga
ibu selalu dalam kasih sayang Allah”.
“ Terima Kasih Nak !” jawab ibunya.
Bu Warti tetap tersenyum bahagia pada Amri dan keluarganya. Sungguh
senyuman bahagia seorang ibu bagai permata yang menghiasi wajah keriput di usia
senja Bu Warti.
PENULIS :
Nama : TUKO
CHAERON, S.Pd
Tempat Lahir : Pemalang
Tanggal lahir : 17 Januari
1970
Pekerjaan : Guru SDN
04 Banyumudal
Kecamatan : Moga
Kabupaten : Pemalang